PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR
: 93/PER/ /I/2014
T
E N T A N G
PEDOMAN
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
RUMAH
SAKIT
DIREKTUR RUMAH SAKIT
MENIMBANG
:
a. Bahwa Alat
Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah
seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk
melindungi seluruh dan atau
sebagian tubuh dari adanya
kemungkinan potensi bahaya
dan kecelakaan kerja.
b. Bahwa alat
pelindung kerja bertujuan untuk melindungi para
pekerja dari kemungkinan resiko bahaya yang dapat
mengancam keselamatan jiwa
yang mempunyai standarisasi
dan spesifikasi sesuai
dengan fungsinya untuk menanggulangi
jenis bahaya tertentu.
c. Bahwa
Rumah Sakit mempunyai potensi yang besar dalam
penularan penyakit, penyakit
akibat kerja, serta kecelakaan
kerja bagi karyawan.
d. Bahwa untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
karyawan RS. terhadap
pengaruh penularan penyakit,
penyakit akibat kerja serta
kecelakaan kerja maka perlu
adanya tindakan pencegahan.
e. Bahwa
untuk maksud seperti tersebut di atas diperlukan
Peraturan Direktur tentang Panduan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di
lingkungan Rumah Sakit
MENGINGAT
:
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 1 tahun 1970,
tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor : 23 tahun 1992, tentang Kesehatan Kerja
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
: 22 tahun
1993 tentang Penyakit yang
Timbul karena Hubungan kerja.
2
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 50 Tahun
|
|||||
2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen K3
|
|||||
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik
|
|||||
Indonesia Nomor
: Per.08/MEN/VII/2010 tentang
Alat
|
|||||
Pelindung Diri.
|
|||||
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor :
|
|||||
382/MENKES/SK/llll2007,
|
tentang Pedoman
|
Pelaksanaan
|
|||
Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit.
|
|||||
7. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
di Pelayanan
|
|||||
Kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia,
|
|||||
2010.
|
|||||
M E M U
T U S K A N
|
|||||
MENETAPKAN
|
:
|
||||
KESATU
|
: Panduan Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dilingkungan
|
||||
Rumah sebagaimana
|
|||||
terlampir dalam keputusan
ini
|
|||||
KEDUA
|
: Keputusan ini berlaku terhitung mulai
tanggal ditetapkan dan
|
||||
akan dilakukan evaluasi
setiap tahunnya.
|
|||||
KETIGA
|
: Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya
perbaikan, maka
|
||||
akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
|
|||||
Ditetapkan di :
|
|||||
Tanggal
|
: 15 Rabiul Awwal 1435.H
|
||||
17 Januari
|
2014.M
|
Direktur
Utama
TEMBUSAN Yth :
1. Komite PPI
2. Semua unit kerja
3. Arsip
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Alat
pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri
atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat
mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan
pelindung diri tidak menghilangkan atau pun mengurangi bahaya yang ada.
Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).
Melihat
tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan di rumah sakit, maka perlu
dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau traumatik
akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu upaya tersebut
diantaranya adalah penggunaan APD. Kemampuan petugas untuk mencegah transmisi
infeksi dan upaya pencegahan infeksi di rumah sakit dan upaya pencegahan adalah tingkatan
pertama dalam pemberian pelayanan bermutu.
Perawat
berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial, hal ini disebabkan perawat
merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang berhubungan langsung dengan
klien dan bahan infeksius di ruang rawat (Habni, 2009).
Risiko
infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah
sakit, juga dapat terjadi pada para petugas rumah sakit. Berbagai prosedur
penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien.
Infeksi
nosokomial merupakan salah satu risiko kerja yang dihadapi oleh tenaga
kesehatan di rumah sakit. Darah dan cairan tubuh merupakan media penularan
penyakit dari pasien kepada tenaga kesehatan. Human Immunodeficiency Virus
(HIV), Hepatitis B dan Virus Hepatitis C merupakan ancaman terbesar pada tenaga
kesehatan. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan terjadi 16.000 kasus penularan
virus hepatitis C, 66.000 kasus penularan hepatitis B dan 1.000 kasus penularan
HIV pada tenaga kesehatan di seluruh dunia dan Infeksi nosokomial banyak
terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara
yang sedang
4
berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi
penyebab utama. Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa
sekitar 8.7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan
Asia Tenggara dan Pasifik terdapat infeksi nosokomial dengan Asia Tenggara
sebanyak 10% (Anggraini, 2000).
B. TUJUAN Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan
di Rumah Sakit
Tujuan Khusus
1.
Sebagai panduan pelaksanaan pelayanan kesehatan agar
mendapatkan metode yang sama dan seragam pada penerapan Alat Pelindung Diri
(APD) setiap pegawai, staf, keluarga pasien, dan pengunjung di Rumah Sakit
2.
Sebagai panduan bagi Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah sakit dalam memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan penerapan APD
3.
Mengajak dan menggerakkan seluruh sumber daya manusia
di Rumah sakit untuk menerapkan APD yang benar.
C. DASAR HUKUM
1.
Undang-undang Republik Indonesia nomor No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan menyebutkan bahwa kesehatan kerja di selenggarakan agar
setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya, agar di perolah produktifitas kerja yang optimal,
sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
2.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor : PER 08/MEN/VII/ 2010 tentang alat Pelindung Diri
3.
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah
Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya Departemen Kesehatan.
D. SASARAN
1.
Dewan Direksi Rumah sakit
2.
Komite Medik,
3.
Semua kepala SMF dan anggotanya,
4.
Pejabat struktural dan fungsional
5.
Semua staf di lingkungan Rumah sakit
6.
Semua pasien Rumah sakit
7.
Semua pengunjung Rumah sakit
5
Kegiatan
yang masuk dalam panduan ini adalah semua kegiatan pemakaian dan pelepasan APD
Kegiatan APD meliputi:
1.
pelindung kepala;
2.
pelindung mata dan muka;
3.
pelindung telinga;
4.
pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
5.
pelindung tangan; dan/atau
6.
pelindung kaki
6
PANDUAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
A. PENGERTIAN
Alat
Pelindung Diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya dari
bahaya kerja.
Alat
Pelindung Diri adalah peralatan keselamatan yang harus dipergunakan oleh
personil apabila berada dalam suatu tempat kerja yang berbahaya. Alat Pelindung
Diri adalah suatu alat yang berfungsi untuk melindungi tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan agar terhindar dari bahaya dalam tempat bekerja. Pelindung
barrier, yang secara umum disebut sebagai alat pelindung diri (APD), telah
digunakan selama bertahun-tahun untuk melindungi pasien dari mikroorganisme
yang ada pada petugas kesehatan. Namun dengan munculnya AIDS dan hepatitis C,
serta meningkatnya kembali tuberkulosis di banyak negara, pemakaian APD menjadi
juga angat penting untuk melindungi petugas. Dengan munculnya infeksi baru
seperti flu burung, SARS dan penyakit infeksi lainnya (Emerging Infectious
Diseases), pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting
APD
semua peralatan yang melindungi pekerja selama bekerja termasuk pakaian yang
harus di pakai pada saat bekerja ,pelindung kepala (helmet), sarung tangan
(gloves), pelindung mata (eye protection), pelindung muka (fice shiel), pakaian
yang bersifat reflektive, sepatu, pelindung pendengaran (hearing protection)
dan pelindung pernapasan (masker). (HSE,1992)
B. AREA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
Penggunaan
APD di tempat kerja di sesuaikan dengan pajanan bahaya yang di hadapi di area
kerja. Berikut adalah jenis APD yang diperlukan:
NO
|
NAMA RUANG
|
JENIS APD
|
KETERANGAN
|
|
1
|
ICU
|
–
|
Masker
|
Untuk melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan dan pengunjung
|
||
–
|
Apron kedap
air
|
|||
–
|
Sandal
pelindung
|
|||
–
|
Baju
|
|||
7
NAMA RUANG
|
JENIS APD
|
KETERANGAN
|
||
2
|
PERISTI
|
–
|
Masker
|
|
–
|
Sarung
tangan
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Apron/Gaun
|
kesehatan
dan pengunjung
|
||
–
|
Baju
|
|||
–
|
Sandal
pelindung
|
|||
4
|
VK
|
–
|
Masker
|
|
–
|
Topi
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
dan pengunjung
|
||
–
|
Apron kedap
air
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||
–
|
Google
|
|||
5
|
OK
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Topi
|
kesehatan
|
||
–
|
Sarung
tangan steril
|
|||
–
|
Gaun/Baju
steril
|
|||
–
|
Google
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||
6
|
IGD
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan steril
|
kesehatan
|
||
–
|
Sarung
tangan bersih
|
|||
–
|
Apron kedap
air
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||
–
|
Google jika
perlu
|
|||
7
|
HD
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan steril
|
kesehatan
|
||
–
|
Apron kedap
air
|
|||
–
|
Google
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||
8
|
PERAWATAN
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan steril
|
kesehatan
|
||
–
|
Sarung
tangan bersih
|
|||
–
|
Apron kedap
air/Gaun
|
|||
– Kaca mata jika perlu
|
||||
9
|
SEC
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan steril
|
kesehatan
|
||
–
|
Sarung
tangan bersih
|
|||
–
|
Baju /Gaun
steril
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||
–
|
Topi
|
|||
–
|
Google jika
perlu
|
|||
10
|
POLIKLINIK
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
||
–
|
Apron jika
perlu
|
|||
– Kaca mata jika perlu
|
||||
8
NAMA RUANG
|
JENIS APD
|
KETERANGAN
|
||||
11
|
LABORATORIUM
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
||||
–
|
Gaun/Apron
|
|||||
–
|
Sandal pelindung
|
|||||
– Kaca mata jika perlu
|
||||||
12
|
RADIOLOGI
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
||||
–
|
Apron
pelindung radiasi
|
|||||
13
|
GIZI
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Topi
|
kesehatan
|
||||
–
|
Sarung tangan
|
plastik
|
||||
bersih
|
||||||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||||
–
|
Apron kedap
air
|
|||||
14
|
FISIOTHERAPI
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
||||
15
|
CSSD
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
||||
–
|
Apron kedap
air
|
|||||
–
|
Gaun
|
|||||
–
|
Topi
|
|||||
–
|
Sandal pelindung
|
|||||
16
|
LAUNDRY
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
–
|
Topi
|
kesehatan
|
||||
–
|
Apron kedap
air
|
|||||
–
|
Sarung tangan
|
rumah
|
||||
tangga
|
||||||
–
|
Sepatu
pelindung
|
|||||
– Kaca mata jika perlu
|
||||||
17
|
PEMULASARAAN
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
JENAZAH
|
–
|
Apron kedap
air
|
kesehatan
|
|||
–
|
Sarung tangan
|
rumah
|
||||
tangga
|
||||||
–
|
Sepatu
pelindung/Boot
|
|||||
–
|
Kacamata
jika perlu
|
|||||
18
|
PENGOPLOSAN
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
OBAT KEMO
|
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
|||
–
|
Kacamata
|
|||||
–
|
Apron kedap
air
|
|||||
–
|
Sepatu
pelindung Topi
|
|||||
19
|
SANITASI
|
DI
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
|
R.PERAWATAN
|
–
|
Sarung
tangan
|
kesehatan
|
|||
–
|
Sepatu
pelindung/Boot
|
9
NAMA RUANG
|
JENIS APD
|
KETERANGAN
|
|||||
20
|
SANITASI
|
DI
|
–
|
Sarung
|
tangan
|
rumah
|
Untuk
melindungi petugas
|
TAMAN
|
tangga
|
kesehatan
|
|||||
–
|
Sepatu Boot
|
||||||
–
|
Masker
|
||||||
–
|
Topi
|
||||||
21
|
SANITASI
|
DI
|
–
|
Masker
|
Untuk
melindungi petugas
|
||
INCENERATOR
|
–
|
Topi
|
kesehatan
|
||||
–
|
Sarung
|
tangan
|
rumah
|
||||
tangga
|
|||||||
–
|
Google/kacamata
|
C. PANDUAN UMUM ALAT PELINDUNG DIRI
1.
Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD.
2.
Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang
dapat digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera, setelah Anda
mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal.
3.
Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai
memberikan pelayanan dan hindari kontaminasi dengan:
a.
Lingkungan di luar ruang isolasi
b.
Para pasien atau pekerja lain, dan
c.
Diri Anda sendiri.
4.
Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera membersihkan
tangan.
a.
Perkirakan risiko terpajan cairan tubuh atau area
terkontaminasi sebelum melakukan kegiatan perawatan kesehatan
b.
Pilih APD sesuai dengan perkiraan risiko terjadi pajanan.
D. JENIS-JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
1.
SARUNG TANGAN melindungi tangan dari bahan yang dapat
menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di
tangan petugas kesehatan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik
paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti
antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari
kontaminasi silang.
Ingat :
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci tangan atau
pemakaian antiseptik yang digosokkan pada tangan.
Penggunaan
sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penyebaran penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas
infeksi (Garner dan Favero 1986). Selain itu, pemahaman mengenai kapan sarung
tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan sarung tangan
tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat biaya
dengan tetap menjaga keamanan pasien dan petugas.
10
a.
Perlu untuk menciptakan barier protektif dan cegah
kontaminasi yang berat. Disinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi
kontak bila kontaminasi berat. misal menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi,
eksresi, mukus membran, kulit yang tidak utuh.
b.
Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan
petugas ke pada pasien saat dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak
utuh, atau mukus membran.
c.
Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari
pasien transmisi kepada pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk pemakaian
sarung tangan sesuai standar. Memakai sarung tangan tidak menggantikan perlunya
cuci tangan, karena sarung tangan dapat berlubang walaupun kecil, tidak nampak
selama melepasnya sehingga tangan terkontaminasi.
Kapan Pemakaianan Sarung Tangan diperlukan
Meskipun
efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah kontaminasi dari petugas
kesehatan telah terbukti berulang kali (Tenorio et al. 2001) tetapi pemakaian
sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung
tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin mengalami
kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin robek pada saat
digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat melepas sarung tangan (Bagg,
Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001).
Ingat
: Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan
kebersihan tangan menggunakan antiseptik cair atau handrub berbasis alkohol.
Tergantung
keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih harus digunakan oleh semua
petugas ketika :
–
Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain, membran
mukosa atau kulit yang terlepas.
–
Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif misalnya menusukkan sesuatu
kedalam pembuluh darah, seperti memasang infus.
–
Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau menyentuh
permukaan yang tercemar.
–
Menerapkan Kewaspadaan Transmisi kontak (yang diperlukan pada kasus penyakit
menular melalui kontak yang telah diketahui atau dicurigai), yang mengharuskan
petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak steril ketika
memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan tersebut
sebelum meninggalkan ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun
atau dengan handrub berbasis alkohol.
11
– Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap
pasien, sebagai upaya menghindari kontaminasi silang (CDC,1987). Pemakaian
sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung
tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain atau ketika melakukan
perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang
bersih, bukan merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)
menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas yang hanya mencuci
tangan dalam keadaan masih memakai sarung tangan dan tidak mengganti sarung
tangan ketika berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
Jenis-jenis Sarung Tangan
a.
Sarung tangan bersih
b.
Sarung tangan steril
c.
Sarung tangan rumah tangga
Bagan alur pemilihan jenis sarung tangan
apakah kontak dengan
|
TIDAK
|
TANPA SARUNG
|
|
darah atau cairan tubuh
|
TANGAN
|
||
YA
|
|||
SARUNG
TANGAN RUMAH
|
|||
Apakah kontak dengan
|
TIDAK
|
||
TANGGA Atau
|
|||
pasien?
|
|||
SARUNG TANGAN BERSIH
|
|||
YA
|
|||
SARUNG TANGAN
|
|||
Apakah kontak dengan
|
TIDAK
|
||
BERSIH Atau
|
|||
jaringan dibawah kulit
|
SARUNG TANGAN DTT
|
||
YA
|
|||
SARUNG TANGAN STERIL
|
|||
atau SARUNG TANGAN DTT
|
12
Bila
sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak memadai, sarung
tangan bedah sekali pakai (disposable) yang sudah digunakan dapat diproses
ulang dengan cara :
– Bersihkan dan disinfeksi dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
– Dicuci dan bilas, serta dikeringkan.
– Hanya digunakan pada tindakan-tindakan yang
tidak menembus jaringan tubuh.
Jangan
memproses ulang sarung tangan yang retak, mengelupas atau memiliki lubang atau
robekan yang dapat terdeteksi (Bagg, Jenkins dan Barker 1990).
Bila
sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis sarung tangan
periksa atau sarung tangan bedahyang telah diproses untuk memberikan
perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan, petugas laundry, pekarya serta
petugas yang menangani dan membuang limbah medis. Selain itu pemakaian bedak
pada sarung tangan tidak direkomendasikan.
Hal yang Harus Diperhatikan pada Pemakaian Sarung
Tangan
–
Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung tangan
bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat menggangu
ketrampilan dan mudah robek.
– Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan
risiko sarung tangan robek.
–
Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika Anda memakainya) untuk melindungi
pergelangan tangan.
– Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak
mengandung lemak) untuk
mencegah
kulit tangan kering/berkerut.
–
Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarungtangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.
–
Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
–
Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas atau
terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat pemanas, AC,
cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena dapat merusak
bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung
Reaksi Alergi Terhadap Sarung Tangan
Reaksi
alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan oleh berbagai
petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah tangga, petugas
laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung tangan bebas lateks
(nitril) atau sarung tangan lateks rendah alergen harus digunakan, jika
dicurigai
13
terjadi alergi (reaksi alergi terhadap nitril juga terjadi,
tetapi lebih jarang). Selain itu, pemakaian sarung tangan bebas bedak juga
direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat menyebabkan reaksi lebih
banyak, karena bedak pada sarung tangan membawa partikel lateks ke udara. Jika
hal ini tidak memungkinkan, pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah
sarung tangan lateks dapat membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun
demikian, tindakan ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa
mata dan hidung. (Garner dan HICPAC, 1996).
Pada
sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah warna merah pada
kulit, hidung berair dan gatal-gatal pada mata, yang mungkin berulang atau
semakin parah misalnya menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma. Reaksi
alergi terhadap lateks dapat muncul dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada
umumnya reaksi baru terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3-5
tahun, bahkan sampai 15 tahun (Baumann, 1992), meskipun pada orang yang rentan.
Belum ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu-satunya
pilihan adalah menghindari kontak.
2.
MASKER harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut,
bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara,
batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari
bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal
tersebut.
Masker
yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan, kain kasa, kertas
dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya tahan cairan. Masker yang dibuat
dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau
efektif sebagai filter. Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan
perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar (>5 µm) yang tersebar
melalui batuk atu bersin ke orang yang berada di dekat pasien (kurang dari 1
meter). Namun masker bedah terbaik sekalipun tidak dirancang untuk benar-benar
menutup pas secara erat (menempel sepenuhnya pada wajah) sehingga mencegah
kebocoran udara pada bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara
efektif menyaring udara yang dihisap.
Pada
perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular
melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat mencegah partikel
mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.
14
Ketika
melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah masker merupakan
bagian yang paling banyak terkontaminasi (Rothrock, McEwen dan Smith 2003).
Masker
dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang direkomendasikan,
bila penyaringan udara dianggap penting misalnya pada perawatan seseorang yang
telah diketahui atau dicurigai menderita flu burung atau SARS. Masker dengan
efisiensi tinggi misalnya N-95 melindungi dari partikel dengan ukuran < 5
mikron yang dibawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan
penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa ada kebocoran.
Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu pernapasan dan lebih mahal
daripada masker bedah. Sebelum petugas memakai masker N-95 perlu dilakukan fit
test pada setiap pemakaiannya.
Ketika
sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui airborne maupun droplet, seperti misalnya flu burung atau SARS,
petugaskesehatanharusmenggunakanmaskerefisiensi
tinggi.Pelindung ini merupakan Masker, gogel dan visor melindungi wajah dari
percikan darah. Untuk melindungi petugas dari infeksi saluran napas maka
diwajibkan menggunakan masker sesuai aturan standar. Pada fasilitas kesehatan
yang memadai petugas dapat memakai respirator sebagai pencegahan saat merawat
pasien multi drug resistance (MDR) atau extremely drug resistance (XDR) TB
15
Perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National
Institute for Occupational Safety dan Health (NIOSH), disetujui oleh European
CE, atau standard nasional/regional yang sebanding dengan standar tersebut dari
negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi dengan tingkat efisiensi
lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker efisiensi tinggi, seperti khususnya
N-95 harus diuji pengepasannya (fit test) untuk menjamin bahwa perangkat
tersebut pas dengan benar pada wajah pemakainya.
Pemakaian masker efisiensi tinggi
Petugas Kesehatan harus :
–
Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat apakah lapisan
utuh dan tidak cacad. Jika bahan penyaring rusak atau kotor, buang masker
tersebut. Selain itu, masker yang ada keretakan, terkikis, terpotong atau,
terlipat pada sisi dalam masker, juga tidak dapat digunakan.
–
Memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau rusak. Tali
harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.
–
Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada pada
tempatnya dan berfungsi dengan baik.
Fit test untuk masker efisiensi tinggi
Fungsi
masker akan terganggu/tidak efektif, jika masker tidak dapat melekat secara
sempurna pada wajah, seperti pada keadaan dibawah ini :
–
Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah bagian bawah
– atau adanya gagang kacamata.
–
Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi perlekatan
– bagian wajah masker.
–
Apabila klip hidung dari logam dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan
kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung setelah Anda memasang masker,
menggunakan kedua telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas
masker.
–
Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum memakai masker
efisiensi tinggi.
16
Langkah 1
Genggamlah
respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada ujung
jari-jari Anda, biarkan tali pengikat respirator menjuntai bebas di bawah
tangan Anda.
Langkah 2
Posisikan
respirator di bawah dagu Anda dan sisi untuk hidung berada di atas.
Langkah 3
Tariklah
tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang
kepala Anda di atas telinga.
Tariklah
tali pengikat respirator yang bawah dan posisikan tali di bawah telinga.
Langkah 4
Letakkan
jari-jari kedua tangan Anda di atas bagian hidung yang terbuat dati logam.
Tekan sisi logam tersebut (Gunakan dua jari dari masing-masing tangan)
mengikuti bentuk hidung Anda. Jangan menekan respirator dengan satuy tangan
karena dapat mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.
17
Tutup
bagian depan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi
respirator tidak berubah.
Langkah 5.a) Pemeriksaan
Segel positif
Hembuskan
napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam respitaror berarti tidak ada
kebocoran. Bila terjadi kebocoran atur posisi dan/atau ketegangan tali. Uji
kembali kerapatan respirator.
Ulangi
langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup rapat.
Langkah 5.b) Pemeriksaan
Segel negatif
Tarik
napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif akan membuat
respirator menempel ke wajah.
Kebocoran
akan menyebabkan hilangnya tekanan negatif di dalam respirator akibat udara
masuk melalui celah-celah pada segelnya.
Kewaspadaan
Beberapa
masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan oleh individu yang
alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup waktu untuk menggunakan dan
mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu dengan pasien.
3. ALAT PELINDUNG MATA
Melindungi
petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara melindungi mata.
Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos
juga dapat digunakan, tetapi hanya jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi
mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan
secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah,
petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa
serta masker.
18
Gambar
4-4. Alat Pelindung Mata
4.
PELINDUNG WAJAH jenis yang sering digunakan adalah face
shield digunakan untuk melindungi wajah secara menyeluruh
5.
TOPI
Digunakan
untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut tidak
masuk ke dalam luka selama pembedahan.Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada pasien,
tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau
cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
19
Digunakan
untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi
baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Ketika merawat pasien
yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular tersebut, petugas
kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat
pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan tubuh,
sekresi atau ekskresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun
sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun
dilepas, pastikan bahwa pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang
potensial tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya
organisme.
Kontaminasi
pada pakaian yang dipakai saat bekerja dapat diturunkan 20-100x dengan memakai
gaun pelindung. Perawat yang memakai apron plastik saat merawat pasien bedah
abdomen dapat menurunkan transmisi S.aureus 30x dibandingkan perawat yang
memakai baju seragam dan ganti tiap hari.
7.
APRON
Yang
terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang
bagian depan tubuh petugas kesehatan (Gambar 4-5). Petugas kesehatan harus
mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada
pasien, membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan
darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika gaun pelindung tidak
tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit
petugas kesehatan.
Gambar 4-5. Apron
20
Digunakan
untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu “sandal jepit”
atau sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu
boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan,
tetapi harus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan
cairan tubuh lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu
yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup sepatu dari kain
atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi karena memungkinkan darah merembes
melalui sepatu dan seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian
dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran (Summers et al. 1992).
Gambar 4-6. Pelindung kaki
E.
PEMAKAIAN
APD DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Bagaimana Mengenakan / Menggunakan
dan Melepas APD
1.
Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD
–
Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan.
– Gunakan dengan hati-hati - jangan
menyebarkan kontaminasi.
–
Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah infeksius yang telah
disediakan di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
–
Segera lakukan pembersihan tangan dengan langkah-langkah membersihankan tangan
sesuai pedoman.
21
Langkah-langkah
mengenakan APD pada Perawatan Ruang Isolasi Kontak dan Airborne adalah sebagai
berikut :
a.
Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.
b.
Kenakan pelindung kaki.
c.
Kenakan sepasang sarung tangan pertama.
d.
Kenakan gaun luar.
e.
Kenakan celemek plastik.
f. Kenakan sepasang sarung tangan kedua.
g.
Kenakan masker.
h.
Kenakan penutup kepala.
i.
Kenakan pelindung mata.
3.
Prinsip-prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada
pemakaian APD a. Gaun pelindung
–
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga
bagianpergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
– Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.
b.
Masker
– Eratkan tali atau karet elastis pada bagian
tengah kepala dan leher.
– Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada
batang hidung.
–
Paskan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga melekat dengan baik.
– Periksa ulang pengepasan masker.
22
c.
Kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada wajah dan mata
dan sesuaikan agar pas.
d.
Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian
pergelangan tangan gaun isolasi.
4.
Langkah-langkah melepaskan APD pada Perawatan Ruang Isolasi
Kontak dan Airborne adalah sebagai berikut :
a.
Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar.
b.
Disinfeksi celemek dan pelindung kaki.
c.
Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar.
d.
Lepaskan celemek.
e.
Lepaskan gaun bagian luar.
f.
Disinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan.
g.
Lepaskan pelindung mata.
h.
Lepaskan penutup kepala.
23
j.
Lepaskan pelindung kaki.
k.
Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam.
l.
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.
a.
Sarung tangan
– Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan
telah terkontaminasi!
– Pegang bagian luar sarung tangan dengan
sarung tangan lainnya, lepaskan.
–
Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang masih
memakai sarung tangan.
–
Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
– Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan
pertama.
– Buang sarung tangan di tempat limbah
infeksius.
b.
Kacamata atau pelindung wajah
–
Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah telah terkontaminasi!
– Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang
kacamata.
–
Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam tempat
limbah infeksius.
24
–
Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi!
– Lepas tali.
–
Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja.
– Balik gaun pelindung.
–
Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah disediakan
untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
d.
Masker
–
Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi - JANGAN SENTUH!
– Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali
atau karet bagian atas.
– Buang ke tempat limbah infeksius.
25
PENUTUP
Alat Pelindung
|
Terhadap
Pasien
|
Terhadap Petugas Kesehatan
|
||||||||||
Diri (APD)
|
||||||||||||
Jas Dan
Celemek
|
Mencegah
|
kontak
|
mikro
|
Mencegah
|
badan/kulit
|
petugas
|
||||||
Plastik
|
organisme
|
dari
|
tangan,
|
kesehatan
kontak dengan
|
||||||||
tubuh
|
dan pakaian
|
petugas
|
percikan darah atau cairan tubuh
|
|||||||||
kesehatan
kepada pasien.
|
penderita.
|
|||||||||||
Sepatu
Pelindung
|
Mengurangi
|
kemungkinan
|
Mencegah
|
perlukaan
|
kaki
|
oleh
|
||||||
terbawanya
mikroorganisme
|
benda tajam yang terkontami
|
|||||||||||
dari ruang
lain atau luar
|
nasi atau
terjepit benda berat
|
|||||||||||
ruangan
|
(misalnya
|
mencegah
|
luka karena
|
|||||||||
menginjak
|
benda
|
tajam
|
atau
|
|||||||||
kejatuhan
|
alat
|
kesehatan)
|
dan
|
|||||||||
mencegah
|
kontak
dengan darah
|
|||||||||||
atau cairan
tubuh lainnya.
|
||||||||||||
Sarung
Tangan
|
Mencegah
|
kontak
|
mikro
|
Mencegah
kontak tangan petugas
|
||||||||
organisme
|
pada
|
tangan
|
dengan
darah dan cairan
|
|||||||||
petugas
|
kesehatan
|
kepada
|
tubuh penderita lainnya, selaput
|
|||||||||
pasien
|
lendir,
kulit yang tidak utuh atau
|
|||||||||||
alat kesehatan
|
dan
|
permukaan
|
||||||||||
yang telah
terkontaminasi.
|
||||||||||||
Kaca Mata
|
Mencegah
|
membran
|
mukosa
|
|||||||||
Pelindung
|
petugas
kesehatan kontak dengan
|
|||||||||||
percikan
darah atau cairan tubuh
|
||||||||||||
penderita.
|
||||||||||||
Masker
|
Mencegah
|
kontak
|
droplet
|
Mencegah
|
membran
|
mukosa
|
||||||
dari
|
mulut
|
dan
|
hidung
|
petugas
|
kesehatan
|
(hidung
|
dan
|
|||||
petugas
|
kesehatan
|
yang
|
mulut)
|
kontak
|
dengan
|
percikan
|
||||||
mengandungmikroorganisme
|
darah atau
cairan tubuh penderita.
|
|||||||||||
dan
terpercik saat bernapas,
|
||||||||||||
bicara
|
atau
|
batuk
|
kepada
|
|||||||||
pasien.
|
Pemakaian
APD merupakan satu langkah yang akan memberikan pengaruh yang sangat besar
dalam proses pelayanan dan peningkatan mutu suatu Rumah Sakit, termasuk sebagai
kunci dalam pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit. Didalam
pelaksanaannya diharapkan semua staf di Rumah Sakit telah terpapar dan
mampumengimplementasikan dilapangan, dan mampu memberikan contoh/mengedukasi
kepada pasien, keluarga pasien, dan para pengunjung di Rumah Sakit
26
Dengan adanya panduan APD ini semoga langkah dan usaha Rumah
Sakit dalam pencapaian mutu dan kualitas
Rumah sakit yang lebih baik akan tercapai. Dalam payung yang lebih besar dan
lebih luas panduan ini ada di dalam pedoman pelaksaan tim pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
27
Panduan
Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya
Terbatas, YBP-SP, Jakarta 2009
Pedoman
Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Lainnya, Depkes, 2007
Tietjen
LG, D Bosseneyer and N Mclntosh. 2003. Infection Prevention Guidlines for
Healthcare Facilities with Limited Resources. JHPIEGO : Baltimore, MD
CDC
Website. “Contact Precautions” 1996. hal 1-2 (http://www.cdc.gov/ncidod/
hip/isolat/contact prec excerpt.htm)
CDC
Website. “Contact Precautions” 1996. hal 1-3 (http://www.cdc.gov/ncidod/
hip/isolat/contact prec excerpt.htm)
0 Response to "PEDOMAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)"
Posting Komentar