Manajemen Hipovolemia
Manajemen
Hipovolemia
Definisi :
Memperbanyak volume cairan intravaskuler pada pasien yang mengalami penurunan
volume cairan
Aktivitas :
Monitor status
cairan , termasuk intake dan output
Pertahankan akses
intravena pasien
Monitor kadar
hemoglobin dan hematokrit
Monitor adanya kehilangan cairan, misalnya
perdarahan, muntah, diari, perspirasi dan takipnea)
Monitor tanda
vitas, secara tepat
Hitung kebutuhan cairan berdasarkan luas
permukaan tubh dan ukuran luka bakar, secara tepat
Monitor respon pasien
terhadap perubahan cairan
Berikan larutan hipotonik (misalnya,
Dextrise 5 % dalam air, Dextrose 5 % atau Satu setengah Garam fisiologis), untuk rehidrasi seluler
Berikan larutan isotonik (NaCl dan Ringer
Laktat) dan kristal koloid (misalnya Hespan dan Plasmanate) untuk mengganti
volume intravaskular
Berikan cairan
Monitor area
penusukan infus terhadap tanda-tanda infiltrasi atau infeksi
Monitor
insensible water loss (misalnya diaforesis dan infeksi pernapasan)
Tingkatkan integritas kulit (misalnya memonitor
area yang berisiko mengalami kerusakan,
ubah posisi, cegah pergeseran kulit, dan berikan nutrisi yang adekuat).
Bantu pasien
melakukan ambulasi pada kasus hipotensi postural
Anjurkan pasien untuk menghindari
perpindahan posisi yang cepat, khususnya saat berbaring ke duduk atau berdiri
Lakukan perawatan
mulut
Monitor berat
badan
Amati adanya indikasi dehidrasi (misalnya
turgor kulit buruk, pengisian kapiler yang lambat, nadi lemah, haus berat,
membran mukosa kering, penurunan curah jantung, dan hipotensi)
Anjurkan untuk minum (misalnya, atur
distribusi cairan selama 24 jam dan berikan minum saat makan)
Monitor status
hemodinamik, termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
Berikan cairan
intravena pada suhu ruang
Pertahankan
aliran tetesan infus
Berikan posisi
yang mempertahankan perusi perifer
Atur ketersediaan
produk darah untuk tranfusi
Berikan
autotranfusi, secara tepat
Berikan tranfusi
(misalnya trombosit atau plasma segar)
Monitor adanya
reaksi terhadap darah tranfusi
Beri posisi
trendelenburg saat terjadi hipotensi
Berikan vasodilator dengan hati-hati
(misalnya nitrogliserin, niprode, dan Ca channel blocker) saat menghangatkan
pasien setelah post op
Anjurkan pasien dan/ atau keluarga untuk
melakukan tindakan untuk mengatasi hypovolemia
Monitor tanda dan
gejala kelebihan cairan (overhidrasi)
Monitor tanda yang menunjukkan gagal
ginjal (misalnya peningkatan ureum dan
kreatinin, mioglobinemia, dan penurunan output urine
BACAAN PENDUKUNG :
American Association of
Critical Care Nurses. (1990). Outcome standards for nursing care of the
critically ill. Laguna Niguel,CA:AACN
Askanazi,J.,Starker,P.,&
Wissman,C.(1986). Fluid and electrolyte management in critically care. Boston :
Butterworths.
Baer, C.L. (1993). Fluid
and electrolyte balance. In M.R. Kinney, D.R. Packa, & S.B. Dunbar (Eds), AACN’s Clinical Reference for
Critical-Care Nursing (pp. 173 – 208). St. Louis : Mosby.
Cullen,L.M. (1992).
Interventions related to fluid and electrolyte balance. In G.M. Bulechek &
J.C. McCloskey (Eds.), Symposium on Nursing Intervention. Nursing Clinics of
North America, 27(2), 569 – 598.
Horne,M., & Swearingen,P.(1992).Pocket guide to fluids and electrolytes
(2nd ed.). St Louis : Mosby
Kokko,J., & Tannen, R.. (1990). Fluids and electrolytes (2nd ed.).
Philadelphia : WB Saunders.
Stark,J. (1991). The
renal system. In J. Alspach (Ed.), American Assoiation of Critical – Care
Nurses Core Curriculum for Critical Care Nursing (4th ed) (pp. 472 – 608).
Philadelphia : WB Saunders.
0 Response to "Manajemen Hipovolemia"
Posting Komentar