Laporan Tahunan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Laporan Tahunan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Rumah Sakit Budi Asih
Januari - Maret 2018
BAB
I
PENDAHLUAN
1.
LATAR
BELAKANG
Pada saat ini, tahapan penyembuhan pasien tidak dapat
dipisahkan dari senyawa obat. Meskipun pencegahan penyakit merupakan hal
terbaik yang harus dilakukan, tidak dapat dipungkiri bahwa dokter tetap masih
lebih banyak melakukan prosedur pengobatan daripada pencegahan. Obat selalu
menjadi senyawa yang menemani pelayanan rumah sakit pada pasien, meskipun
sayangnya tidak semua senyawa obat dikenal keseluruhan sifat – sifatnya,
terutama obat baru.
Saat obat digunakan
oleh unit pelayanan yang lain, misalnya rumah sakit, apotik, atau puskesmas,
dan mereka menemukan efek sampingnya, maka sebaiknya dokter, apoteker, atau
tenaga kesehatan yang menemukannya melaporkan kejadian tersebut, sesuai dengan
prosedur pelaporan Monitoring Efek Samping Obat.
Dalam hal ini, World Health Organization (WHO) telah
berupaya untuk menghimpun data tentang efek samping obat dari seluruh Negara di
dunia. Selain mengumpulkan data, WHO juga menyebarluaskan kembali informasi
hasil pengolahan data tersebut ke seluruh dunia, setelah melalui proses
pengolahan data oleh para ahli pharmacovigilance
di Pusat Monitoring Efek Samping Obat di Uppsala, Swedia.
Dalam kegiatan ini,
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di Asia, dimana
kemungkinan efek samping obat yang timbul juga relatif besar, Indonesia sangat
jarang mengirimkan laporan efek samping obat ke Uppsala. Dengan tidak aktif
merekam efek samping obat yang terjadi di Indonesia, hilang pula kesempatan
untuk mengenali suatu obat dengan baik, dan juga kehilangan kesempatan untuk
mengenali respon obat Bangsa Indonesia terhadap suatu obat. Respon obat yang
spesifik pada kelompok tertentu, kemungkinan terkait dengan kebiasaan dan
lingkungan hidup ataupun etniknya. Untuk studi ini, melibatkan ilmu Pharmacogenomic untuk mempelajari
hubungan efek obat dengan gen seseorang.
2.
TUJUAN
Tujuan dari pelaporan
Monitoring Efek Samping Obat adalah untuk menghimpun data kejadian Efek Samping
Obat di rumah sakit, untuk kemudian diteruskan ke PFT dan dianalisa apakah
kejadian tersebut merupakan efek samping obat, kemudian dilaporkan pada Badan
Pengawas Obat dan Makanan untuk kemudian data tersebut dihimpun oleh WHO
sebagai informasi adanya kejadian efek samping dari suatu obat, frekuensi
kejadian efek samping, dan prevalensi genomic
dari kejadian efek samping obat tersebut.
3.
PENGERTIAN
Monitoring
Efek Samping Obat adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan
terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan Monitoring
Efek Samping Obat tergabung dalam sebuah kegiatan yang disebut Pemantauan
Terapi Obat (PTO). Kegiatan PTO mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara
pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat harus
dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode
tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Pasien
yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami masalah terkait obat.
Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons pasien yang sangat
individual meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut
menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek profesi untuk mengoptimalkan
efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
Efek yang tidak dikehendaki yang
sering timbul pada pasien antara lain:
a)
SIDE-EFFECT adalah efek yg sudah diketahui yg terkait dengan
farmakologi dari obat, dan sudah dicantumkan oleh perusahan farmasi.
b)
ADVERSE
REACTION adalah cedera
yang tidak diharapkan yg timbul dari
kegiatan yang dapat dibenarkan, dimana proses yang dilakukan sudah
benar, tetapi timbul kejadian.
BAB
II
TATA
LAKSANA
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat tergabung
dalam sebuah kegiatan yang disebut Pemantauan Terapi Obat (PTO). Kegiatan PTO
mencakup : pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau
alternatif terapi. Pemantauan terapi
obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada
periode tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai
risiko mengalami masalah terkait obat. Kompleksitas
penyakit dan penggunaan obat, serta respons pasien yang sangat individual
meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan PTO dalam praktek profesi
untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak dikehendaki.
Prinsip
kegiatan Monitoring Efek Samping Obat adalah sebagai berikut :
1)
Pemantauan dan
Pelaporan efek samping obat dikoordinasikan oleh Panitia Farmasi dan Terapi
rumah sakit
2)
Petugas
pelaksana pemantauan dan pelaporan efek samping obat adalah dokter, perawat,
dan apoteker di ruang rawat inap / Poliklinik
3)
Panitia Farmasi
dan Terapi melaporkan hasil evaluasi Monitoring Efek Samping Obat kepada Wakil
Direktur Pelayanan dan menyebarluaskannya ke seluruh Instalasi di rumah sakit
sebagai umpan balik / edukasi.
4)
Hasil evaluasi laporan Monitoring Efek Samping
obat dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengeluarkan obat dari
formularium.
BAB
III
PEMBAHASAN
LAPORAN
1.
Laporan
Dalam
rentang tahun 2018, terdapat 2 laporan insiden Efek Samping Obat yang masuk ke KFT,
yakni sebagai berikut:
No
|
Nama
Pasien
dan
kondisi klinis
|
Obat
yang dicurigai menimbulkan MESO
|
ESO
yang timbul
|
|||
Nama
Obat
|
Rute
|
Dosis
|
Indikasi
|
|||
1
|
An. A
Pasien rawat inap
|
Ranitidine
|
Injeksi
|
2X10 mg per hari
|
|
Alergi, kelopak mata bengkak
|
2
|
By. Ny. H
Pasien rawat inap
|
Cefotaxime
|
Injeksi
|
2X125 mg per hari
|
Antibiotik
|
Kelopak mata bengkak
|
2.
Algoritma
Naranjo
Skala probabilitas Algoritma
Naranjo:
9+ = Sangat
mungkin / Highly probable
5 – 8 = Mungkin / Probable
1 – 4 = Cukup mungkin / Possible
0
= Ragu ragu / Doubtful
Tabel Algoritma Naranjo
Pasien:
An. A
No
|
Pertanyaan
|
Skala
|
Keterangan
|
|||
Ya
|
Tidak
|
Unknown
|
Nilai
|
|||
1
|
Apakah ada laporan efek samping obat yang
serupa?
|
1
|
0
√
|
0
|
0
|
|
2
|
Apakah efek samping obat terjadi
setelah pemberian obat yang dicurigai?
|
2
√
|
-1
|
0
|
2
|
|
3
|
Apakah efek samping obat membaik
setelah obat dihentikan atau obat antagonis khusus diberikan?
|
1
√
|
0
|
0
|
1
|
|
4
|
Apakah efek samping obat terjadi berulang
setelah obat diberikan kembali?
|
2
|
-1
|
0
√
|
0
|
|
5
|
Apakah ada alternative penyebab yang
dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya efek samping obat?
|
-1
|
2
√
|
0
|
2
|
|
6
|
Apakah efek samping obat muncul
kembali ketika placebo diberikan?
|
-1
√
|
1
|
0
|
-1
|
|
7
|
Apakah obat yang dicurigai terdeteksi
di dalam darah atau cairan tubuh lainnya dengan konsentrasi yang toksik?
|
1
|
0
√
|
0
|
0
|
|
8
|
Apakah efek samping obat bertambah
parah ketika dosis obat ditingkatkan atau bertambah ringan ketika obat
diturunkan dosisnya?
|
1
|
0
|
0
√
|
0
|
|
9
|
Apakah pasien pernah mengalami efek
samping obat yang sama atau dengan obat yang mirip sebelumnya?
|
1
|
0
√
|
0
|
0
|
|
10
|
Apakah efek samping obat dapat
dikonfirmasi dengan bukti yang obyektif?
|
1
√
|
0
|
0
|
1
|
|
|
Skor
Total
|
5
|
Probable
|
Pasien
By. Ny. H
No
|
Pertanyaan
|
Skala
|
Keterangan
|
|||
Ya
|
Tidak
|
Unknown
|
Nilai
|
|||
1
|
Apakah ada laporan efek samping obat
yang serupa?
|
1
|
0
√
|
0
|
0
|
|
2
|
Apakah efek samping obat terjadi
setelah pemberian obat yang dicurigai?
|
2
√
|
-1
|
0
|
2
|
|
3
|
Apakah efek samping obat membaik
setelah obat dihentikan atau obat antagonis khusus diberikan?
|
1
√
|
0
|
0
|
1
|
|
4
|
Apakah efek samping obat terjadi
berulang setelah obat diberikan kembali?
|
2
|
-1
|
0
√
|
0
|
|
5
|
Apakah ada alternative penyebab yang
dapat menjelaskan kemungkinan terjadinya efek samping obat?
|
-1
|
2
√
|
0
|
2
|
|
6
|
Apakah efek samping obat muncul
kembali ketika placebo diberikan?
|
-1
|
1
|
0
√
|
0
|
|
7
|
Apakah obat yang dicurigai terdeteksi
di dalam darah atau cairan tubuh lainnya dengan konsentrasi yang toksik?
|
1
|
0
|
0
√
|
0
|
|
8
|
Apakah efek samping obat bertambah
parah ketika dosis obat ditingkatkan atau bertambah ringan ketika obat
diturunkan dosisnya?
|
1
|
0
|
0
√
|
0
|
|
9
|
Apakah pasien pernah mengalami efek
samping obat yang sama atau dengan obat yang mirip sebelumnya?
|
1
|
0
√
|
0
|
0
|
|
10
|
Apakah efek samping obat dapat dikonfirmasi
dengan bukti yang obyektif?
|
1
√
|
0
|
0
|
1
|
|
|
Skor
Total
|
6
|
Probable
|
BAB
IV
EVALUASI
Dalam rentang tahun
2018 bulan Januari – Maret, terdapat 2 laporan insiden Efek Samping Obat yang
masuk ke sekretariat KFT. Sedikitnya laporan insiden Efek Samping Obat di Rumah
Sakit disebabkan oleh faktor sebagai berikut:
1.
Perawat sebagai
petugas pelaksana monitoring efek samping obat tidak mengenali adanya efek
samping obat yang dirasakan pasien setelah mendapatkan obat.
2.
Apoteker / TTK
sebagai petugas yang melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) mengenai
penggunaan obat, belum dapat menggali informasi efek obat yang dirasakan pasien
di rumah (pasien rawat jalan).
3.
Pasien tidak
mengutarakan keluhannya kepada petugas kesehatan setelah merasakan efek samping
obat.
4.
Petugas
kesehatan tidak menyadari pentingnya mendokumentasikan kegiatan dalam form
Laporan MESO, meskipun sudah melakukan proses monitoring dan mengatasi masalah
efek samping yang timbul.
5.
Belum optimalnya
peran farmasi klinis dalam monitoring dan dokumentasi ESO.
Untuk mengatasi kendala – kendala tersebut di atas, maka
dibuatlah rencana perbaikan sebagai berikut:
1.
Membuat Inhouse Training Pelaporan MESO untuk
pegawai baru.
2.
Melakukan Refreshing Pelaporan MESO untuk pegawai
lama.
3.
Membuat inhouse
training KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) untuk Apoteker dan TTK.
4.
Mengoptimalkan
peran farmasis dalam monitoring dan dokumentasi ESO.
0 Response to "Laporan Tahunan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)"
Posting Komentar